Kekuatan armada laut Indonesia di era Presiden Soekarno tidak usah diragukan lagi. Belasan kapal selam telah kita miliki pada era itu. Bahkan pada era 1960-an, Angkatan Laut Indonesia dengan kapal selam yang dimilikinya sempat menjalankan misi untuk membantu Pakistan, yang ketika itu sedang berperang dengan India.
Namun setelah Soekarno lengser, armada kapal selam yang dimiliki TNI AL seperti tak tersentuh dan cenderung menyusut dari segi jumlah yang dapat dioperasionalkan. Usulan untuk membeli kapal selam pun dilontarkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Maklum saja, sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang teramat luas, sangatlah wajar jika Indonesia memiliki armada militer laut yang memadai.
Menanggapi hal itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, jika Indonesia hendak membeli kapal selam, hendaknya membeli kapal selam yang memiliki kualitas yang baik, seperti yang dimiliki oleh negara-negara lain. Karena jika kapal selam yang dibeli kapal selam lama atau model lama, maka Indonesia akan tetap mengalami ketertinggalan dengan negara lain.
"Ibaratnya kalau Australia punya anjing herder kita punya yang diatasnya herder lah, atau minimal sama herder. Kalau nggak ya sia-sia aja, cuma nambah beban buat kasih makan aja," ujarnya dalam jumpa pers di rumah kediamannya di Jakarta, Minggu (23/8).
Menurutnya, negara-negara tetangga saat ini telah memiliki kapal selam yang cukup tangguh dan banyak. Karenanya, jika Indonesia ingin memiliki kapal selam hendaknya kapal selam yang berteknologi dan berkemampuan yang canggih.
"Vietnam mau beli 6 kapal selam dari Rusia. Kalau Singapura sudah punya 4, Malaysia juga sudah punya 4," katananya.
Sedangkan kita tau bahwa Australia memiliki kapal selam jenis Collins Class berikut gambaran jelas dari Monster laut Australia ini
Colliens adalah Kapal Selam Diesel Australia yang di rancang secara khusus untuk perkuatan pertahanan bahwa air negara Australia yang Pada saat ini bermarkas di HMAS Stirling di Australia Barat,
Monster laut ini dilengkapi dengan sistem komputerisasi yang handal baik menyoal indentifikasi ataupun daya gempur sang monster bahwa laut ini, itu terbukti pada tahun 2003 pihak departemen pertahanan Australia berhasil merampungkan Upgrade teknologi terbaru untuk menunjang kemampuan sang monster laut.
Upgrade tersebut meliputi penambahan kelengkapan untuk memperbaiki kelemahan pada sistem sebelumnya dalam mengidentifikasi dan upgrade sistem senjata, disamping itu perbaikan pada sistem sonar, pengelolaan data taktis , dan sistem kontrol senjata.
Monster bawah laut ini mengusung 3 generator diesel yang terbukti handal dalam kamuflase dan menunjang mobilitasnya di dalam air sehingga monster laut ini sulit untuk di deteksi dari permukaan.
mengenai persenjataan kapal selam Australia ini mampu mengangkut persenjataan sebanyak 22 missiles, roket dan torpedoes baik terpedo berpandu kawat dan laser, sedangkan missiles terdiri dari misiles anti kapal dan roket anti kapal yang kesemuanya dilengkapi dengan radar aktif.
berbicara radar dan sensor kapal selam ini mengusung sensor Argo AR 740 dan menganut radar I-band adalah radar navigasi Kelvin Hughes 1007 Jenis antena yang terdiri dari unit pemancar / penerima dan layar. transmitter / unit penerima beroperasi di 9.410GHz dengan power output pemancar di 25kW. Collins dilengkapi dengan Thales (formerly Pilkington Optronics) CK043 periskoppencari dan CH093 periskopserangan , yang menggabungkan sebuah suite dari thermal imagers, gambar dan intensifiers rendah, dan memvisualisasikan ke proyeksi gambar televisi.
Dari gambaran Kapal Selam diatas mungkinkah pihak Departemen Pertahanan memuluskan rencana dari TNI AL untuk membeli sebuah Kapal Selam secanggih atau lebih canggih dari kapal selam Colliens Australia yang mana sangat di perlukaan untuk memperkuat pengamanan ,atau ancaman apabila ada yang mengganggu kedaulatan NKRI dan mengisterahatkan kapal selam senior (KRI Nanggala),kita doakan saja semoga dapat terealisasi program tersebut.
Namun setelah Soekarno lengser, armada kapal selam yang dimiliki TNI AL seperti tak tersentuh dan cenderung menyusut dari segi jumlah yang dapat dioperasionalkan. Usulan untuk membeli kapal selam pun dilontarkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Maklum saja, sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang teramat luas, sangatlah wajar jika Indonesia memiliki armada militer laut yang memadai.
Menanggapi hal itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, jika Indonesia hendak membeli kapal selam, hendaknya membeli kapal selam yang memiliki kualitas yang baik, seperti yang dimiliki oleh negara-negara lain. Karena jika kapal selam yang dibeli kapal selam lama atau model lama, maka Indonesia akan tetap mengalami ketertinggalan dengan negara lain.
"Ibaratnya kalau Australia punya anjing herder kita punya yang diatasnya herder lah, atau minimal sama herder. Kalau nggak ya sia-sia aja, cuma nambah beban buat kasih makan aja," ujarnya dalam jumpa pers di rumah kediamannya di Jakarta, Minggu (23/8).
Menurutnya, negara-negara tetangga saat ini telah memiliki kapal selam yang cukup tangguh dan banyak. Karenanya, jika Indonesia ingin memiliki kapal selam hendaknya kapal selam yang berteknologi dan berkemampuan yang canggih.
"Vietnam mau beli 6 kapal selam dari Rusia. Kalau Singapura sudah punya 4, Malaysia juga sudah punya 4," katananya.
Sedangkan kita tau bahwa Australia memiliki kapal selam jenis Collins Class berikut gambaran jelas dari Monster laut Australia ini
Colliens adalah Kapal Selam Diesel Australia yang di rancang secara khusus untuk perkuatan pertahanan bahwa air negara Australia yang Pada saat ini bermarkas di HMAS Stirling di Australia Barat,
Monster laut ini dilengkapi dengan sistem komputerisasi yang handal baik menyoal indentifikasi ataupun daya gempur sang monster bahwa laut ini, itu terbukti pada tahun 2003 pihak departemen pertahanan Australia berhasil merampungkan Upgrade teknologi terbaru untuk menunjang kemampuan sang monster laut.
Upgrade tersebut meliputi penambahan kelengkapan untuk memperbaiki kelemahan pada sistem sebelumnya dalam mengidentifikasi dan upgrade sistem senjata, disamping itu perbaikan pada sistem sonar, pengelolaan data taktis , dan sistem kontrol senjata.
Monster bawah laut ini mengusung 3 generator diesel yang terbukti handal dalam kamuflase dan menunjang mobilitasnya di dalam air sehingga monster laut ini sulit untuk di deteksi dari permukaan.
mengenai persenjataan kapal selam Australia ini mampu mengangkut persenjataan sebanyak 22 missiles, roket dan torpedoes baik terpedo berpandu kawat dan laser, sedangkan missiles terdiri dari misiles anti kapal dan roket anti kapal yang kesemuanya dilengkapi dengan radar aktif.
berbicara radar dan sensor kapal selam ini mengusung sensor Argo AR 740 dan menganut radar I-band adalah radar navigasi Kelvin Hughes 1007 Jenis antena yang terdiri dari unit pemancar / penerima dan layar. transmitter / unit penerima beroperasi di 9.410GHz dengan power output pemancar di 25kW. Collins dilengkapi dengan Thales (formerly Pilkington Optronics) CK043 periskoppencari dan CH093 periskopserangan , yang menggabungkan sebuah suite dari thermal imagers, gambar dan intensifiers rendah, dan memvisualisasikan ke proyeksi gambar televisi.
Dari gambaran Kapal Selam diatas mungkinkah pihak Departemen Pertahanan memuluskan rencana dari TNI AL untuk membeli sebuah Kapal Selam secanggih atau lebih canggih dari kapal selam Colliens Australia yang mana sangat di perlukaan untuk memperkuat pengamanan ,atau ancaman apabila ada yang mengganggu kedaulatan NKRI dan mengisterahatkan kapal selam senior (KRI Nanggala),kita doakan saja semoga dapat terealisasi program tersebut.
HMAS Rankin (SSG 78), sixth submarine of the Collins class, underway in 2006 | |
Class overview | |
---|---|
Builders: | Australian Submarine Corporation |
Operators: | Royal Australian Navy |
Preceded by: | Oberon class |
Succeeded by: | Collins class submarine replacement project |
Built: | 14 February 1990 – 18 March 2003 |
In commission: | 27 July 1996 – present |
Completed: | 6 |
Active: | 3 |
Laid up: | 3 |
General characteristics | |
Type: | Diesel-electric submarine |
Displacement: | 3,051 tonnes (surfaced) 3,353 tonnes (submerged) |
Length: | 77.42 metres (254.0 ft) |
Beam: | 7.8 metres (26 ft) |
Draught: | 7 metres (23 ft) at waterline |
Installed power: | 3 x Garden Island-Hedemora HV V18b/15Ub (VB210) 18-cylinder diesel motors, 3 x Jeumont Schneider generators (1,400 kW, 440-volt DC) |
Propulsion: | Main: 1 x Jeumont Schneider DC motor (7,200 shp), driving 1 x seven-bladed, 4.22-metre (13.8 ft) diameter skewback propeller Emergency: 1 x MacTaggart Scott DM 43006 retractable hydraulic motor |
Speed: | 10.5 knots (19.4 km/h) (surfaced and snorkel depth) 21 knots (39 km/h) (submerged) |
Range: | 11,000 nautical miles (20,000 km) at 10 knots (19 km/h) (surfaced) 9,000 nautical miles (17,000 km) at 10 knots (19 km/h) (snorkel) 32.6 nautical miles (60.4 km) at 21 knots (39 km/h) (submerged) 480 nautical miles (890 km) at 4 knots (7.4 km/h) (submerged) |
Endurance: | 70 days |
Test depth: | Over 180 metres (590 ft) (actual depth classified) |
Complement: | Originally 42 (plus up to 12 trainees) Increased to 58 in 2009 |
Sensors and processing systems: | Radar: • GEC-Marconi Type 1007 surface search radar Sonar: • Thales Scylla bow and distributed sonar arrays • Thales Karriwarra or Namara towed sonar array • ArgoPhoenix AR-740-US intercept array Combat system: • Modified Raytheon CCS Mk2 |
Armament: | 6 x 21-inch (530 mm) bow torpedo tubes Payload: 22 torpedoes, mix of: • Mark 48 Mod 7 CBASS torpedoes • UGM-84C Sub-Harpoon anti-ship missiles Or: 44 Stonefish Mark III mines |
Notes: | The sonars and combat system are in the process of being updated across the class, to be completed by 2010. These characteristics represent the updated equipment. |
0 komentar:
Posting Komentar